13/08/15

"Aku Korban Pesawat Jatuh (?)"

Samolekum! setelah berabad-abad menelantarkan blog ini, finally gua buka juga. Ya biasalah banyak kegiatan dan tanggungan, bukan sibuk. Sekali lagi, bukan sibuk tapi banyak kegiatan. Kali ini gua cuma mau posting cerita yang gua alami sendiri. Sebenernya ini udah terjadi cukup lama, tahun lalu. So, here we go.

As we know, bulan Maret tahun 2014, kalo nggak salah tanggal 8 waktu itu, Pesawat Air Asia MH370 jatuh setelah lepas landas dan dikabarkan jatuhnya di Samudera Hindia. Banyak banget berbaga negara yang concern sama musibah itu, dari negara Asia sampe Eropa ikut bantu mencari lokasi jatuhnya pesawat itu. sebenernya gua nggak terlalu ngikutin banget update jatuhnya pesawat itu. Pokoknya yang gua tau pesawat itu jatuh, banyak negara yang bantu cari, that's all.

Sampe pada 3 hari setelah jatuhnya pesawat itu, malam hari gua iseng-iseng baca update berita soal MH370 sebelum tidur. Abis itu gua tidur. Nah, here is the main part of the story.

Saat gua tidur, gua mimpi. Di mimpi itu, gua berada di sebuah lapangan beralaskan rumput hijau, saking hijaunya sampe tanah tempat tumbuhnya nggak keliatan sekama sekali. lapangan itu luas banget seluas-luasnya luas ampe nggak bisa ngeliat ujungnya. Langit berwarna putih keabua-abuan, seperti mendung, dan gua ngeliat di lapangan ada bangku taman. Refleks aja gua duduk di bangku itu. Tiba-tiba seorang laki-laki datang ke arah bangku, duduk di sebelah gua, dia dengan ramah menyapa gua. Laki-laki itu sepenglihatan gua umurnya sekitar 35-45 tahun, badanya agak lebih tinggi dari gua, lumayan berisi, pakaian atasnya sweater warna abu-abu, bawahannya celana panjang warna abu kecoklatan.

Setelah lama kami mengobrol, tiba-tiba kami masuk ke topik yang sama sekali nggak gua sangka sebelumnya. Satu kalimat yang dia bilang yaitu "Kita jatuhnya seperti ini." sambil memeragakan dengan tangannya, menjelaskan layaknya pesawat yang tadinya terbang lurus sekonyong-konyong menukik ke bawah 90 derajat. Di situ gua bener-bener shock, tiba-tiba gua bangun dari tidur gua dan masih dalam keadaan shock. Kesimpulan abstrak yang pertama kali muncul di benak gua pastinya dia salah satu penumpang atau kru yang jadi korban pesawat jatuh itu. Tapi timbul 2 pertanyaan sekaligua yang mungkin masih suka kepikiran sampe sekarang. First, setau gua, seseorang nggak mungkin ketemu orang asing dalam mimpinya, sedangkan gua seakan baru kenal dia dan seinget gua, gua belum pernah ketemu orang itu sebelumnya. Siapa dia? Second, Gua mungkin bisa dibilang orang yang kurang concern dengan musibah itu. Kenapa dia mendatangi gua? Apa pentingnya gua buat dia? 

This is my story.

07/03/14

Mencoba bangun beranjak
Tapi kembali terinjak-injak
Aku berasal dari kaum minoritas
Penuh pengharapan dan ironi

Aku hanya ingin memaparkan lakon kritis

Layaknya negara yang mendiktatorkan asas demokratis
Keadilan, perikemanusiaan
Nyatanya...
Hanya kumpulan kata yang kopong
Pikirlah
Masih banyak tikus bedebah
Keledai yang malang
di tanah yang terbilang kaya ini

Betapa memuakkannya

Lebih baik membuat negara sendiri
Negara yang penuh empati
Berprinsip kuat dan percaya diri
Ya, negara dalam hati.


Tulisan ini ditujukan kepada kaum bawahan dan minoritas yang hak dan aksinya dibatasi. 
Jangan cemas, kamu nggak sendiri.

03/03/14

Bagai garis-garis yang terbengkalai
Terpecah-belah tak karuan
Kemilau cahaya putih
Selalu indah
Seketika tertusuk paku-paku hitam

Mereka...

Bayi yang melupakan ibunya
Sang pintar yang lupa akan gurunya
Insan yang tak patuh pada Tuhan-nya!

Ya, bagaimana bisa?

Darimana datangnya
Bisikan-bisikan yang meracuni
Hati sanubari ciptaan-Nya ini
Hingga meraup selebih-lebihnya
Materi duniawi
Tapi satu waktu juga
Meremukkan harapan hati-hati suci

Saat sekarang ini, atau nanti

Ingatlah segala ini-itu
Semua-muanya milik kamu
Titipan, pemberian Tuhan-mu
Hingga kau tak lagi menginjak bumi

28/02/14

Setengah sebelas malam, kereta yang kunaiki masih belum tiba di tujuan. Yang bisa kulakukan selama di kereta hanya membaca, mendengarkan musik, dan berdiri sejenak dari kursi yang kududuki karena terasa pegal lalu tak lama kemudian duduk lagi. Buku yang kubaca bercerita tentang dunia politik yang dijadikan bahan humor tapi tetap bernilai intrinsik, yang ditulis oleh salah satu seniman ternama dalam negeri.

Kereta yang menurut jadwal harusnya tiba jam sebelas malam, terlambat satu jam. Aku, bersama temanku yang juga satu kereta denganku menyegat taksi untuk menuju ke kost masing-masing. Ya, kami kuliah di luar kota, di salah satu kota di tengah-tengah Jawa. Kami satu universitas, berbeda fakultasnya. Kami sama-sama meneliti kesehatan, temanku berada di dunia kesehatan manusia, sedangkan diriku menelaah kesehatan keuangan.

Sesampainya di kost, aku melihat sekeliling, meraba meja dan rak yang ternyata sedikit berdebu. Tanpa menunda lagi, kuletakkan tasku dan langsung membersihkan kamar. Aku tak bisa memaksakan rasa nyaman. Jika kamar kotor, maka aku tak bisa langsung tidur, sekalipun aku berada dalam kondisi klimaks mengantuk.

Setelah membersihkan kamar, aku sholat lalu duduk terdiam. Aku teringat oleh aransemen musik yang sudah kubuat untuk pertunjukan beberapa hari yang akan datang bersama teman-teman teater. Aku mengaransemen musik menggunakan imajinasi dan naluri, tanpa memegang satu alat musik pun. Hal seperti itu biasa kulakukan di setiap kegiatan yang aku lakukan. Membaca, mandi, melamun, mengobrol dengan orang lain, bahkan saat aku mengikuti kuliah di dalam kelas.

Hmm… satu lagi, temanku memiliki dan dimiliki, sedangkan aku hanya sedang tidak memiliki. Perasaan suka itu ada, tapi belum berhasrat saja, belum ingin. Aku hanya sedang ingin perbanyak bergaul agar punya banyak koneksi. Siapapun pasti suka punya banyak teman. Kata ‘single’, ‘sendiri’, ‘jomblo’ selalu dijadikan ejekan bagi orang sepertiku. Aku tak heran, memang kenyataannya begitu, jadi aku menganggap orang itu menyatakan, mengungkapkan kenyataan, bukan mengejek.

“Nggak nyari cewe?”
“Sendirian aja?”
“Kemana-mana sendiri, nggak bosan?”
Pertanyaan yang kadang-kadang terlontar ke arahku. Biasa hanya kujawab seadanya, atau hanya kubalas dengan senyum geli.

MEMBUJANG, delapan huruf dengan kata dasar yang terdengar maupun terkesan agak kasar, dilengkapi dengan tambahan imbuhan di depannya yang sifatnya menekankan, namun artinya tak selalu buruk.



20/02/14

"Iri berubah menjadi prasangka buruk, prasangka buruk bisa menjadi fitnah, fitnah bisa menjadi perselisihan. Terkutuklah kamu yang tak mengendalikan iri. Berbahagialah kamu jika orang-orang iri padamu. Tak ada waktu untuk iri. Yang ada cuma menjadi lebih baik lagi."

14/02/14

"Saya memang kecewa, tapi saya tidak menyesal. Kenapa? Karena saya dilahirkan. Saya bisa melihat dan merasakan semuanya. Ya, semuanya termasuk yang sebenarnya tidak nyaman dirasakan, tidak nikmat dilihat."

27/01/14

“Lalu kenapa saya mesti sembunyi-sembunyi bila saya melakukan sesuatu yang buruk? Bukannya itu tanda kalau saya takut orang tidak mau menerima saya jika saya punya sisi buruk? Bukannya setiap orang punya sisi buruk? Lalu jika ada sisi yang satu pasti ada sisi yang lainnya, kan? Sebesar apapun sisi buruk itu, pasti ada sisi baik, kan?”